aku melihat mataku berkaca-kaca,
dimatamu; yang berkaca-kaca pula.
ini bukan lagi akal yang berbicara,
melainkan hati yang masih punya rasa.
pecah dan tumpah,
lalu kita sama-sama basah
prabumulih, 2013
Pada hakekatnya setiap peristiwa adalah bacaan yang menyimpan isyarat untuk dibaca dan dikaji
aku melihat mataku berkaca-kaca,
dimatamu; yang berkaca-kaca pula.
ini bukan lagi akal yang berbicara,
melainkan hati yang masih punya rasa.
pecah dan tumpah,
lalu kita sama-sama basah
prabumulih, 2013
Juli yang singgah, menyapa ingatan lama
mengajakku duduk dan berdiam
tak ada popcorn, minuman soda atau hidangan semacamnya
juli berkata; duduklah, nikmati saja filmnya
setelah itu ia berdiam,
tak terdengar sepatah kata pun yang ia ucap
juli tujuh tahun terakhir ini tak seperti juli-juli ditahun sebelumnya.
juli yang selalu ada, riang dan manja kini hanya singgah setahun sekali
kedatangannya pun hanya mengajakku berdiam.
sekali diawal, ia berkata; 'duduklah dan nikmati saja filmnya
sebab kedatangan julilah, aku selalu ingat cerita pada film itu, film terbaik yang pernah ada
juli yang diam tiba-tiba tersenyum, tertawa.
dari matanya aku melihat kebahagiaan yang ia rasakan. sesekali tanpa sadar, juli tiba-tiba memelukku dengan penuh rasa gemes. ketika ia tersadar, ia kembali melepaskan pelukan itu
juli berkata; duduklah nikmati saja filmnya.
hingga tiba pada akhir cerita, juli menangis mendengar kalimat terakhir yang diperankan dalam film itu;
" siapa yang hendak kita salahkan. sementara aku dan kau adalah satu nahkoda yang sengaja menghantamkan kapal kepada karang; berujung karam"
ini bukan lagi akal yang berbicara, melainkan hati yang penuh rasa.
juli yang singgah kemudian pergi meninggalkanku tanpa salam.
dan sebelum kepergiannya jauh, dalam hati aku berkata; akan tiba januari yang serupa mendatangimu dengan cara yang sama
prabumulih, 2013